Terbaru

6/recent/ticker-posts

PTK SD: PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI TINDAK TUTUR GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR

ABSTRAK
             Penelitian ini bertujuan untuk menemukan penerapan pendidikan karakter dan strategi penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter dapat diterapkan di sekolah dasar mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Pelaksanaan di dalam kelas melalui nasehat, himbauan, ajakan, larangan, maupun perintah. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di kelas dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang diajarkan guru dalam interaksi belajar. Selain itu penerapan pendidikan karakter dapat diterapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Pendidikan karakter diajarkan terintegrasi pada setiap mata pelajaran, karena pendidikan karakter tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Hasil penelitian ini adalah: (1) bahwa pendidikan karakter perlu diterapkan di sekolah karena  dapat membentuk sikap, tingkah laku, dan kepribadian siswa  yang berhati mulia., (2) menanamkan budi pekerti dan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari, (3) strategi penerapan pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler, dengan cara memberikan bimbingan, nasehat, saran, anjuran dan perintah.

Kata kunci: Tindak Tutur Guru
PENDAHULUAN


         Realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, terutama yang berkaitan dengan pembangunan  pendidikan karakter, kepribadian, dan budi pekerti sudah mulai mengkhawatirkan, seperti disorientasi, bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, sudah mulai memprihatinkan.
         Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan ini, maka pemerintah menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional (Kemendiknas, 2011:i)
         Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar, akan tetapi juga melalui pembiasaan dalam kehidupan siswa sehari-hari, seperti: religius, jujur, disiplin, toleransi, etika, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Sikap, tingkah laku, kepribadian, dan karakter siswa tersebut, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah  faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga faktor tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan  siswa. Oleh sebab itu perkembangan sikap, tingkah laku, kepribadian dan karakter siswa merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Suprayekti (2004:7) menyatakan bahwa guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu, peran guru sangat besar di dalam pembelajaran, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat (Ahmadi, 2005:17). Peranan guru sangat dominan dalam pembentukan sikap, mental dan watak kepribadian siswa-siswinya. 
             Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak (Kemendiknas, 2011:1) Keteladanan guru dapat dilakukan melalui  tindak tutur di dalam kelas, karena sedikit banyak tindak tutur guru di dalam kelas mempunyai suatu kontribusi dalam pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik. Guru sebagai the role of model, guru hendaknya berperilaku dan bertutur kata yang dapat dijadikan teladan dan contoh bagi siswa-siswinya.
            Permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah (1) Mengapa diperlukan penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng? (2) Bagaimana Strategi penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng?  Penelitian ini bertujuan  untuk: (1) Mendiskripsikan penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng, (2) Mengetahui strategi penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng.
LANDASAN TEORI
            Kemendiknas (2011:1) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak. Pusat Kurikulum (2009:9) menyatakan bahwa pendidikan karakter ada delapan belas nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, dan tindakan (http://akhmadsudrajat/pendidikan/karakter/htm). Undang-Undang Nomor: 20/2003 tentang Sisdiknan menyatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 
           Richard (1985:265) mendefinisikan tindak tutur sebagai tuturan yang menjadi unit fungsional dalam komunikasi. Sedangkan Levinson (1997:227) Pemakaian makna dan daya tuturan hanya dapat dijelaskan dalam hubungan aktivitas, atau permainan bahasa yang di dalamnya tuturan-tuturan memainkan suatu peran.   Ismari (1995:76) menyatakan bahwa tindak tutur dalam arti sempit adalah istilah minimal dari pemakaian situasi tutur/peristiwa tutur/tindak tutur.            Searle (1969:23-24), menyatakan secara pragmatik setiap tindak tutur termanifestasikan ke dalam tiga   tindak sekaligus yaitu: (1) tindak untuk mengatakan sesuatu (locutionary act), tindak  ini disebut the act of saying something, (2) tindak untuk melakukan sesuatu (illocutionary act), tindak  ini dinamakan   the act of doing something, dan (3) tindak mempengaruhi mitra tutur. (perlocutionary act), tindak  ini disebut the act of affecting someone.  Searle (dalam Leech,1993:164-165) menggolongkan tindak tutur ke dalam lima jenis tindak tutur yaitu: asertif (assertives), direktif (directives), komisif (commissives), ekspresif (expressives), dan deklaratif (declaratives).
           Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya (Suprayekti, 2004:2) Ahmadi (2005:16) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.   Sardiman (2007:48), menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat. (http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/konsep-strategi-belajar-mengajar/). Winarno (1994:26-29) interaksi belajar mengajar di kelas sebagai suatu proses yang keterkaitan berbagai komponen siswa didik, pendidik, tujuan, metode, sarana ,  bahan/materi, dan evaluasi.
              Leech (1993:8) mendefinisikan  Pragmatics is the study of meaning in relations to speech situation. Levinson (1997:9) mendefinisikan “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language” (Pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya, konteks yang dimaksud tergramatikalisasi di dalam struktur bahasa). Parker (1986:11) Pragmatik berbeda dari tata bahasa yang merupakan kajian struktur bahasa secara internal.
METODE PENELITIAN
    Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus terpancang, karena permasalahannya dan fokus penelitiannya sudah  ditentukan  sebelumnya. Sumber datanya adalah: (1)guru-guru SDN 03 Pereng, kecamatan Mojogedang, (2) Proses pembelajaran di kelas, (3) Siswa, (4)Arsip  dan dokumen
Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara wawancara, observasi langsung, kuesioner, dan analisis dokumen. Untuk menjamin pemeriksaan keabsahan data maka dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi,yaitu: (1) trianggulasi data (sumber), (2) trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metode, dan (4) trianggulasi teoretis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif.  Analisis interaktif proses analisisnya, pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.
      Proses analisis interaktif dapat digambarkan skema sebagai berikut :











Gambar 1.  Proses analisis interaktif


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
     
               Pada awal penelitian memang dapat dilihat, ada sebagian siswa yang kurang peduli dan tidak mau berjabat tangan dengan guru. Hal ini disebabkan karena malu, berebut cepat duduk, dan berebut cepat pulang, dan berbagai alasan lain. Kegiatan yang dapat mendidik untuk pendidikan karakter di sekolah, yang dilaksakan oleh sekolah dan siswa kelas satu sampai kelas enam adalah: (a) jabat  tangan dengan guru  sebelum masuk kelas dan pulang sekolah, (b) doa  sebelum pelajaran dimulai dan doa waktu akan pulang sekolah, (c) hormat bendera sebelum pembelajaran dimulai dan waktu akan pulang, (d) menyanyikan  lagu Nasional sebelum pelajaran dimulai dan waktu akan pulang, (e) melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin, (f)  melaksanakan senam pagi setiap hari Selasa dan Jumat, (g)  berpakaian seragam sesuai tata tertib sekolah, (h)  membuang sampah pada tempat sampah, (i) melaksanakan kegiatan kebersihan kelas sesuai jadwal piket, (j) Melaksanakan kegiatan gerak jalan bersama setiap jumat minggu pertama. Penerapan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini sudah dimulai sejak kelas satu sampai kelas enam.
            Penerapan pendidikan karakter ini terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang relevan. Sesuai dengan visi dan misi SD Negeri 03 Pereng, bahwa iman, taqwa dan prestasi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang akan dicapai dalam masa yang akan datang. Pendidikan karakter di sekolah dibangun melalui keterlibatan semua unsur di sekolah. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam interaksi yang diikat oleh aturan, norma, moral dan etika bersama yang berlaku di sekolah. Setiap kelas, mulai dari kelas satu sampai kelas enam sebelum pelajaran dimulai berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing, dipimpin oleh ketua kelas, selanjutnya menyanyikan salah satu lagu nasional. Demikian juga waktu mau pulang dilaksanakan kegiatan doa bersama dan menyanyikan lagu nasional, dengan pemberian pengarahan dan pembinaan dari guru.
Tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas dapat berupa:
a)    Asertif (assertives)
                    Data di bawah ini merupakan contoh-contoh tindak tutur asertif, yang dilakukan oleh guru kelas satu Sj, guru kelas tiga Bd, dan guru kelas lima Spm, yang berkaitan  dengan penerapan pendidikan karakter. Contoh tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas, yang dapat memberikan informasi, menunjukkan, menerangkan, menyebutkan, dan mengumumkan sesuatu materi pelajaran yang dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai penerapan pendidikan karakter siswa di kelas.
         Guru kelas satu, Sj dalam pembelajaran kegiatan awal atau dalam tahap apersepsi, tindak tuturnya yang dapat dimasukkan dalam tindak tutur asertif sebagai contoh:
”Anak-anak, siapa yang  setiap hari berangkat   sekolah, minta doa restu  dan pamitan dengan orang tua?”
”Saya bu, saya bu....”
”Kalau begitu baik tidak kalau anak-anak mencium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah?”
”Baik bu”.
”Berdoalah sebelum berangkat ke sekolah, jangan lupa berjabat tangan dengan orang tua kita, dan minta ijin pada orang tua”.
”Mengapa kita berdoa pada Tuhan dan minta ijin pada orang tua? Agar kita selamat diperjalanan dan dapat belajar dengan baik”.

              Selanjutnya, pada kegiatan inti, ibu guru Sj dalam  menyampaikan materi pembelajaran, sudah terlihat memberikan nasihat-nasihat kepada siswa-siswinya,  supaya menghormati orang tuanya.
Contoh:
”Anak-anak, coba diperhatikan gambar ini”. (sambil menunjukkan gambar keluarga inti)
”Gambar apa ini?”
(sebagian besar menjawab) ”keluarga”
”Ya, ini gambar keluarga, atau keluarga inti”. ”Kelurga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. ”Siapa yang melahirkan kalian?”
Ibu
”Jangan lupakan kasih sayang ibu”.
                     Pada kegiatan penutup, ibu guru Sj menyampaikan beberapa nasihat, di antaranyaa adalah:
”Sebelum pulang, ibu guru berpesan”.
”Hati-hatilah di jalan. Jangan sembrono di jalan raya, banyak kendaraan yang lewat”.
”Sampai di rumah jangan lupa mengucapkan salam pada orang tua”.
’Belajar yang rajin di rumah, tugas dari ibu guru dikerjakan yang sungguh-sungguh”.
”Iya bu guru”.
”Mari kita berdoa”.
”Ketua kelas menyiapkan kelasnya yang baik”.
                      Pengamatan pada guru kelas tiga ibu Bd dalam pembelajaran awal atau kegiatan apersepsi, memberikan pengarahan dan pembinaan dengan tindak tutur dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
”Anak-anak, mari sebelum pelajaran di mulai kita berdoa terlebih dahulu”.
”Dengan berdoa kita akan selalu dilindungi dan berkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa”.
”anak-anak berdoa” setelah selesai berdoa (Serentak)
”Selamat pagi ibu guru”.
”Selamat pagi anak-anak. Sekarang yang tidak masuk siapa?” (guru memanggil nama siswa satu persatu)
”Anak-anak, tolong diperhatikan ya”.
”Bila anak-anak tidak masuk sekolah sebaiknya harus memberitahukan kepada ibu guru bisa dengan  membuat surat ijin”.
”Ya, bu”.
”Anak-anak siap untuk belajar hari ini?”
”Siap bu”.
(Selanjutnya ibu guru menyajikan pembelajaran).                      
                       Dalam penyajian pembelajaran  ini, ibu guru Bd memberikan pernyataan-pernyataan yang menerapkan dalam pendidikan karakter. Sebagai contoh:

”Anak-anak kalau mengerjakan jangan meniru temannya ya, bekerja sendiri-sendiri”.
”Meniru teman belum tentu teman kalian itu benar. Lha kalau temanmu salah kamu apa mau juga, tidak khan?makanya dikerjakan sendiri ya”.

”Harus punya pendirian, kerjaannya yang paling benar”.
”Tidak boleh meniru teman-temannya, ya”.
”Kalau jajan pada waktu istirahat, bungkusnya di kumpulkan di tempat sampah, ya”.
             Pada akhir pembelajaran ibu guru Bd menyampaikan beberapa nasihat, di antaranya sebagai berikut.
”Sebelum pulang, ibu guru berpesan”.
”Hati-hatilah dalam perjalanan, banyak kendaraan yang lewat”.
”Sampai di rumah, makan, dan  istirahat”.
”Jangan lupa Belajar yang rajin di rumah”
”Iya bu guru”.
”Mari kita berdoa”.
”Ketua kelas menyiapkan kelasnya yang baik”.
(ibu guru Bd.berdiri di depan kelas, siswa urut satu persatu berjabat tangan dengan ibu guru Bd)
”Hati-hatidi jalan”.

          Demikian pula pada guru kelas lima, bapak Spm. Penyampaian dan penerapan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru di dalam kelas lima oleh guru kelas Spm, dapat dilihat pada kegiatan sebelum pelajaran di mulai, antara lain:
Bapak guru masuk kelas (tanpa di suruh semua siswa berdiri dan ketua kelas menyiapkan dan memberi aba-aba untuk berdoa)
”Siap grak, berdoa mulai, selesai”.
”Selamat pagi pak guru”.
Selamat pagi anak-anak. Ada yang ijin hari ini? (guru memanggil nama siswa satu persatu)
”Baik, kelas lima hari ini masuk semua tidak ada yang ijin. Hari ini pelajaran PPKn”.
”Sebelum pelajaran, mari kita menyanyi dulu, lagu apa?”
(semua mengutarakan keinginannya masing-masing).
”Kalau begitu, bapak guru yang menentukan saja, Padamu Negeri, setuju”.                     
”Setuju pak”
”Setuju pak”.
             Pada kegiatan inti pembelajaran,  bapak guru Spm memberikan     saran dan pembinaan bagaimana mencintai dan melakukan  kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, dan semangat kerja keras dalam mencapai cita-cita dan harapan. Tuturan guru Spm sebagai berikut.       
”Siapa yang tekun belajar, pasti akan mendapatkan imbalan”. Ada pepatah ”berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”
”Bagi siswa yang mengerjakan tugas benar semua, bapak guru akan memberi hadiah”.
 ”Sikap pahlawan menjadi contoh dan teladan”.
”Kerja keras, ulet, tangguh, dan pantang menyerah  harus anak-anak teladani”.
”Berpangku tangan bermalas-malasan harus anak-anak jauhi dan dihindari”.

b)   Direktif (directives)
                  Tindak tutur direktif yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar baik di kelas rendah dan kelas tinggi kebanyakan dalam pemberian tugas dalam mengerjakan soal-soal tes, baik tes lesan atau tes tertulis. Hal ini dapat dilihat dari setiap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, semuanya ada bentuk perintah tugas dengan tes. Tindak tutur direktif di dalam kelas bukan hanya berbentuk perintah untuk mengerjakan tugas-tugas tes di kelas, tetapi dapat juga berbentuk pesan, atau  amanat, memberi nasehat, dan memohon. Hal ini dapat dilihat terutama di kelas rendah, atau kelas satu dan dua, sebelum pulang sekolah, guru menganjurkan dan memohon dengan bertutur kata, hati-hati di jalan, berjalan di sebelah kiri, jangan bermain-main di jalan, dan sebagainya.
           Guru dalam memberi nasihat sebagai pesan moral kepada siswa untuk selalu menghormati ayah dan ibu, guru, dan sesama juga termasuk bentuk direktif. Berdoa sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran selesai juga merupakan permohonan kepada Tuhan, untuk selalu melindungi, memberkati, dan memberi kesuksesan dalam menerima pelajaran di  dalam kelas. 
                  Contoh tindak tutur direktif guru di dalam kelas, dalam pembentukan karakter siswa, yang terdapat di dalam kelas. Guru kelas satu Sj guru kelas tiga Bd dan guru kelas lima Spm sebelum memulai pembelajaran di kelas, dapat dilihat dari tuturan sebagai berikut.   
”Anak-anak, mari sebelum pelajaran dimulai disiapkan dulu dan berdoa, ketua kelas menyiapkan di depan!”
”Mari kita menyanyikan lagu Nasional sambil berdiri.  Berkibarlah Benderaku”.
(setelah selesai ibu guru mempersilahkan duduk)
”Anak-anak, nanti yang saya panggil tunjukkan jarinya dan berkata ”ada!”
”Buka buku tematiknya,  halaman tujuh belas!”
”Duduknya yang rapi!”
”Mana spidolnya?”
”Lho, papan tulis kotor?”
”Piketnya hari ini siapa?” 

              Dalam proses kegiatan pembelajaran guru Sj, Bd,  dan Spm sering menyampaikan pentingnya berdoa, menghormati orang tua, guru, sesama, mengasihi teman-teman. Kita harus  taat dan patuh kepada orang tua kita. Ibu dan bapak guru di sekolah merupakan orang tua anak-anak di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru di kelas, antara lain sebagai berikut.
”Jangan suka membantah perkataan orang tua!”
”Taatilah dan patuhilah nasihatnya!”
”Rukunlah sama teman-temanmu!”
”Anak-anak kalau mengerjakan jangan meniru temannya ya, bekerja sendiri-sendiri”.
”Meniru teman belum tentu teman kalian itu benar. Lha kalau temanmu salah kamu apa mau juga, tidak khan?makanya dikerjakan sendiri ya”.
”Ayo, diperhatikan ibu guru!”
”Lihatlah papan tulis!”
”Lihatlah contoh cara mengerjakan!”
”Yang sudah bisa mengerjakan tunjukkan jari!”
”Siapa bisa?”
”Di dalam kelas tidak boleh ramai sendiri ya”.
”Jangan suka bertengkar, dengan teman harus rukun, ya”.
’Kalau jajan pada waktu istirahat, bungkusnya di kumpulkan di tempat sampah, ya’.
”Ada tugas hari kemarin? Siapa yang  tidak mengerjakan ke depan!”
”Mohon tugas dikerjakan secara mandiri”.
”Bagi siswa yang mengerjakan tugas benar semua, bapak guru akan memberi hadiah”.
”Piket hari ini siapa?” (papan tulis kotor)
”Spidolnya mana?” (spidolnya habis)

                  Selanjutnya pada kegiatan penutup atau pembelajaran selesai, dari ketiga guru Sj, Bd, dan Spm yang dilihat lewat observasi di dalam kelas, semuanya hampir sama yaitu:
”Marilah kita menyanyikan lagu Nasional...”
(Setelah selesai)
”Anak-anak jangan lupa di rumah belajar yang rajin,ya”.
”Marilah kita berdoa, supaya kita selamat sampai di rumah bertemu keluarga dengan sehat dan selamat. ketua kelas menyiapkan”.
(setelah selesai, ibu guru di depan pintu, satu persatu berjabat tangan antara guru dan murid semuanya)
”Sebelum pulang, mari kita menyanyikan lagu Berkibarlah Benderaku”.
(Setelah selesai)
”Boleh disiapkan dan berdoa”, (setelah selesai, ibu guru di depan pintu, satu persatu berjabat tangan antara guru dan murid semuanya) ”Hati-hati di jalan”.
”Ketua kelas tolong maju, coba kamu pimpin teman-temanmu menyanyikan lagu Nasional...”.(Setelah selesai)
”Kamu siapkan dan pimpin berdoa”.
”Jangan lupa tugas dikerjakan di rumah”.
c)  Komisif (commissive)
                    Tindak tutur komisif yang dilakukan guru di dalam kelas dapat berupa bentuk tuturan yang memberikan suatu harapan-harapan, dan motivasi bagi peserta didik.  Tindak tutur guru dalam memberikan pengarahan-pengarahan dan memberi semangat untuk giat belajar, agar kelak kemudian hari menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa termasuk tuturan komisif. Guru menjanjikan hadiah pada siswanya untuk menjadi juara kelas ini juga termasuk tuturan komisif. Tuturan komisif guru di dalam kelas dapat berfungsi sebagai pemacu semangat bagi peserta didik, karena dapat memberikan suatu harapan dan menjanjikan sesuatu. Tindak tutur komisif dapat  berbentuk tuturan yang  membuat penutur terikat suatu tindakan di masa depan atau bentuk tutur yang berfungsi menyatakan janji atau penawaran, misalnya: menjanjikan, menawarkan, bersumpah, berkaul. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru di dalam kelas bila melakukan bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik. Tindak tutur komisif sering dilakukan guru di dalam kelas dapat berbentuk tuturan yang mengancam.  Sebagai contoh:
”Siapa yang dapat nilai bagus, akan mewakili sekolah”.
”Rajinlah membaca buku di perpustakaan”.
”Kalau belum bisa, berusahalah untuk sering berlatih”.
”Kalau tidak belajar, nilaimu merah”

”Bila tidak memperhatikan pasti tidak bisa”
”Bagi yang sudah selesai mengerjakan, dan betul, boleh istirahat dulu”.
”Yang belum selesai, dilanjutkan di rumah”
”Gemar membaca membuka jendela dunia”.
”Yang datang terlambat, tidak boleh ikut pelajaran”.
”Nilai di bawah KKM harus remidi”
”Nilai bagus pasti naik kelas”
d)  Ekspresif (expressives)
                    Tindak tutur guru di dalam kelas dapat berupa tuturan ekspresif, hal ini dapat dilihat dalam pembelajaran di kelas, guru sering memberikan apresiasi dan ucapan selamat pada peserta didik yang dapat menjawab dan mengerjakan soal dengan benar, guru sering memberikan ucapan baik sekali, tepuk tangan, ucapan selamat, kalimat-kalimat guru tersebut sebagai ungkapan terima kasih pada peserta didik yang sudah dapat mengerjakan dan menjawab dengan benar.  Tindak tutur ekspresif yang dilakukan guru di dalam kelas dapat merupakan bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan atau menunjukkan sikap ekspresi guru terhadap suatu keadaan tertentu di dalam kelas.   Tindakan dan tuturan guru di dalam kelas yang berkaitan dengan tuturan ekspresif dapat berupa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, memuji, mengucapkan bela sungkawa.  Guru dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sering memberi pujian  pada peserta didik yang dapat membanggakan dan berprestasi bagi sekolah, dan memberikan ucapan selamat dan merasa bangga, kadang juga guru bersedih bila peserta didik ada yang gagal dan tertinggal. Contoh tuturan guru ekspresif sebagai berikut.
”Kita beri tepuk tangan pada teman kalian yang dapat mengerjakan dengan benar”
”Ibu guru bangga pada kalian tidak ada yang  nilainya jelek, semua bagus-bagus”.
”Ibu bangga bila kelak di antara kalian ini ada yang jadi seorang pejabat tinggi”.

”Ada teman yang sakit, boleh dijengguk bersama-sama sehabis pulang sekolah”.
 ”Ibu guru nanti menyusul”.
”Gemar membaca membuka jendela dunia”.
”Yang datang terlambat, tidak boleh ikut pelajaran”.
”Nilai di bawah KKM harus remidi”
”Nilai bagus pasti naik kelas”

e)  Deklaratif (declaratives)
                    Tindak tutur deklaratif yang dilakukan guru di dalam kelas, paling sedikit dipergunakan, karena tindak tutur deklaratif biasanya berhubungan dengan  tuturan seseorang yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan, hal ini berkaitan suatu keadaan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya: mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan.
           Tindakan –tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya atau seseorang yang mempunyai kewenangan untuk itu.
           Tindak tutur deklaratif yang dimiliki guru di dalam kelas hanya seputar kewenangan mengelola pembelajaran di dalam kelas, mendidik dan mengajar, di dalamnya ada kewenangan memberikan nilai, menyusun peringkat prestasi peserta didik di kelas, memberikan apresiasi dalam prestasi peserta didik di kelas,  tidak mempunyai kekuasaan dan kewenangan  dalam keputusan deklaratif.  Contoh tindak tutur deklaratif di dalam kelas antara lain sebagai berikut.

”Yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) hari ini, maka harus mengerjakan dahulu di luar ruang kelas”.
”Bagi anak-anak yang nilainya kurang dari KKM lebih dari tiga mata pelajaran dan diberi kesempatan remidi masih gagal maka yang bersangkutan tidak naik kelas”.
”Bagi siswa yang  terlambat lebih dari 15 menit, mohon ijin masuk kelas kepada guru piket sekolah”




Pembahasan
      a. Penerapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Tindak Tutur Guru
           Dalam penerapan pelaksanaan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru di dalam kelas di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini, sudah diterapkan dengan memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setiap mata pelajaran di setiap kelas. Tindak tutur guru dalam pembelajaran  mulai dari kegiatan apersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dari hasil  pengumpulan data dan analisis bahwa penerapan pendidikan karakter sudah nampak dilaksanakan. Penerapan tersebut dapat dilihat dari ketiga informan  Sj, Bd, dan Spm mulai dari kegiatan pembelajaran awal, inti, dan penutup hampir sama kegiatan yang dilakukan, hal ini disebabkan karena urut-urutan pembelajarannya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelum pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan apersepsi atau kegiatan awal dalam pembelajaran, nilai-nilai pendidikan karakter yang disampaikan adalah religius, cinta tanah air, dan disiplin. Tindak tutur guru yang disampaikan hampir sama dari ketiga informan Sj, Bd, dan Spm, yaitu siswa diperintahkan untuk siap, menyanyikan lagu Nasional, dan berdoa sebelum pelajaran di mulai. 
                     Pada kegiatan inti pembelajaran pendidikan karakter yang disampaikan mulai beragam yaitu: (1) demokratis, (2) kerja keras, (3) kejujuran, (4) toleransi, (5) mandiri, (6) menghargai, (7) cinta damai, (8) gemar membaca, (9) peduli lingkungan, (10) peduli sosial.                         
    Penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini sudah diterapkan mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Penerapan pendidikan karakter diterapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru secara terintegrasi pada setiap mata pelajaran melalui tuturan-tuturan yang ada nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter terintegrasi di seluruh mata pelajaran dan termasuk dalam muatan lokal, terutama dalam muatan lokal daerah yaitu Bahasa Jawa, dengan kekhasannya yang memiliki beberapa kesantunan dan tataran dalam menghormati sesama/orang lain. Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam silabus pembelajaran dan juga dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dicantumkan. Dalam pengembangan diri, pendidikan karakter diimplementasikan dalam program bimbingan konseling dan kegiatan ektrakurikuler.
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kompetensi dasar, selanjutnya diintegrasikan nilai-nilai karakter pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b.    Strategi Penerapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
            Strategi penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini dilaksanakan melalui: kegiatan-kegiatan pembiasaan baik pembiasaan terprogram, spontan, dan keteladanan. Keteladanan melalui tindak tutur guru di dalam penyampaian pembelajaran di kelas. Tindak tutur guru yang disampaikan di kelas dalam menerapkan pendidikan karakter bersifat memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat, dan pembinaan dalam rangka pembentukan moral dan kepribadian siswa yang berkarakter.
    Strategi penerapannya dilaksanakan selain melalui pembinaaan, pengarahan dan nasihat melalui tindak tutur guru di dalam kelas, juga berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun di setiap mata pelajaran dengan memasukkan pendidikan karakter di  dalam kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup.
                    Kegiatan pembiasaan terprogram antara lain, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajaran selesai.
         Pembiasaan dalam pembelajaran dilakukan guru dengan nasihat-nasihat dalam bentuk tindak tutur guru yang disesuaikan dengan materi pembelajaran,  bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang membutuhkan dan dianggap guru perlu bimbingan konseling sehingga penerapan pendidikan karakter pun dapat dilakukan melalui beberapa tindak tutur berupa arahan, nasihat, bimbingan, ajakan, perintah, anjuran.
                  Tindak tutur yang paling dominan dalam penerapan pendidikan karakter ini adalah tindak tutur direktif, karena guru sering memberi nasihat, memesan, memerintahkan, mengnjurkan, dan memohon, agar peserta didik mau melakukan tindakan sesuai yang diharapakan guru. Ucapan dan tindakan yang dilakukan guru di mata peserta didik akan selalu diingat dan dikenang. Nasihat-nasihat dan bimbingan arahan yang diucapkan guru  dapat dikatakan sebagai ”kata yang hidup” yang akan bertumbuh di hati peserta didik.
                 
SIMPULAN
     Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil simpulan sebagai berikut.
(1)    Penerapan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini, sudah mulai dilaksanakan  dan diterapkan, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Penerapannya melalui bidang akademik yang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran dan bidang non akademik. Penerapan nilai-nilai pendidikan karakter sudah  dimasukkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di setiap mata pelajaran, sehingga mulai dari kegiatan pembelajaran awal, inti, dan penutup sudah tersusun nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan dan diterapkan.
(2)    Strategi penerapan pendidikan karakter melalui   kegiatan pembiasaan, bimbingan konseling, dan kegiatan ektra kurikuler. Pelaksanaan dan penerapan dalam kegiatan ektrakurikuler  dapat melalui kegiatan kepramukaan, kerohanian, seni budaya, dan olahraga. Strategi penerapannya dengan keteladanan tindak tutur guru yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mana nilai-nilai pendidikan karakter sudah tercantum dan siap untuk diterapkan.
Melalui tindak tutur guru dalam pembelajaran dengan pengarahan, pembinaan, nasihat-nasihat yang terus menerus disampaikan dalam proses pembelajaran lambat laun pasti akan menuai hasil dengan terbentuknya siswa yang berkarakter.
Pembiasaan spontan yaitu kegiatan  tidak terjadwal secara khusus, bersifat insidensial dan tidak terduga, meliputi: sumbangan bencana alam, menjengguk teman sakit, segera meminta maaf  bila melakukan kesalahan.
Selanjutnya, pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari yang dapat dicontoh, meliputi: berpakaian rapi, berbahasa yang sopan, datang tepat waktu, menghormati dan menghargai orang lain.
     (3)  Tindak tutur guru yang paling dominan digunakan di dalam kelas adalah tindak tutur direktif, dan yang paling kurang dominan digunakan adalah tindak tutur deklaratif.
  (4) Penerapan  pendidikan karakter bukan hanya sebagai tanggung-jawab sekolah saja, tetapi tanggung-jawab keluarga dan masyarakat. Pengaruh keluarga dan masyarakat sangat besar terhadap pembentukan tingkah laku dan karakter  siswa.  Hal ini disebabkan waktu siswa di sekolah sangat terbatas, lebih banyak waktunya di rumah dan di lingkungan masyarakat, jadi pembentukan kepribadian dan karakter siswa merupakan tanggungjawab kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Prasetya Tri Joko, 2005. Strategi Belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Austin, J.R.. 1962. How to Do Things With Words. Oxforf: University Press.

Depdiknas. 2003. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.


Ismari .1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press

Kemdiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:    Puskurbuk

Kreidler, Charles W. 1998. Introduction English Semantics. New York:
            Routledge.

Leech, Geoffrey.  1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (Terj. M.D.D. Oka) Jakarta: Indonesia University Press.

Levinson, Stephen. 1993. Pragmatics. London: Cambridge University Press.

Nugrahani, Farida. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
.
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1978. Kode dan Alih Kode dalam Widyaparwa 15. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.

Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.

Surahmad, Winarno. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar-Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.
                                 :

Posting Komentar

0 Komentar